CARA JITU MENULIS OPINI
AKHI DIRMAN AL-AMIN
Dalam sebuah
Putu Setia dalam sebuah tulisannya tentang opini membaginya menjadi dua : yakni yang mewakili lembaga (disebut tajuk, pojok, opini — dalam pengertian rubrik), dan mewakili perorangan (disebut kolom). Kalau dibagi lagi, kolom bisa ditulis oleh orang luar maupun orang dalam, tajuk dan sebagainya itu adalah opini yang ditulis oleh orang dalam.
Menulis Opini, Bagaimanakah Memulainya ?
Seringkali bagi mereka yang jarang menulis opini memang sulit untuk memulainya, saya sendiri juga tak luput dari masalah seperti ini ketika akan menulis opini. Untuk memudahkan kita kita menulis berikut ini adalah teknik menulis opini yang penulis himpun dari milis jurnalisme :
· Mencari ide tulisan
· Merumuskan masalah
Opini yang baik umumnya ringkas dan fokus. Untuk bisa menjamin opini itu ditulis secara sederhana,ringkas tapi padat, pertama-tama kita harus bisa merumuskan apa yang akan kita tulis dalam sebuah kalimat pendek. Rumusan itu akan merupakan fondasi tulisan. Tulisan yang baik adalah bangunan arsitektur yang kokoh fondasinya, bukan interior yang indah (kata-kata yang mendayu-dayu) tapi keropos dasarnya.
· Mengumpulkan Bahan
Jika kita rajin menulis catatan harian, sebagian bahan sebenarnya bisa bersumber pada catatan harian itu. Namun seringkali, ini harus diperkaya lagi dengan bahan-bahan lain: pengamatan, wawancara, reportase, riset kepustakaan dan sebagainya.
· Menulis
Tata Bahasa dan Ejaan: Taati tata bahasa Indonesia yang
Akurasi Fakta: tulisan nonfiksi, betapapun kreatifnya, bersandar pada fakta. Apakah peristiwanya benar-benar terjadi? Apakah ejaan nama kita tulisa secara benar? Apakah rujukan yang kita tulis sama dengan di buku atau kutipan aslinya? Apakah kita menyebutkan nama
Jargon dan Istilah Teknis: hindari sebisa mungkin jargon atau istilah teknis yang hanya dimengerti kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan deskripsi atau anekdot atau metafora untuk menggantikannya. Hindari sebisa mungkin bahasa Inggris atau bahasa daerah.
Sunting dan Pendekkan: seraya menulis atau setelah tulisan selesai, baca kembali. Potong kalimat yang terlalu panjang; atau jadikan dua kalimat. Hilangkan repetisi. Pilih frase kata yang lebih pendek: melakukan pembunuhan bisa diringkas menjadi membunuh. “Tidak” sering bisa diringkas menjadi “tak”, “meskipun” menjadi “meski” dan sebagainya.
Pakai kata kerja aktif: kata kerja aktif adalah motor dalam kalimat, dia mendorong pembaca menuju akhir, mempercepat bacaan. Kata kerja pasif menghambat proses membaca. Pakai kalimat pasif hanya jika tak terhindarkan.
Tak menggurui: meski Anda perlu menunjukkan bahwa Anda menguasai persoalan (otoritatif dalam bidang yang ditulis) hindari bersikap menggurui. Jika mungkin hindari kata “seharusnya” , “semestinya” dan sejenisnya. Gunakan kreatifitas dan ketrampilan mendongeng seraya menyampaikan pesan. Don’t tell it, show it.
Jangan arogan: orang yang tak setuju dengan Anda belum tentu bodoh. Hormati keragaman pendapat. Opini Anda, bahkan jika Anda meyakininya sepenuh hati, hanya satu saja kebenaran.
Uji Tulisan Anda: minta teman dekat, saudara, istri, pacar untuk membaca tulisan yang sudah usai. Dengarkan komentar mereka atau kritik mereka yang paling tajam sekalipun. Mereka juga seringkali bisa membantu kita menemukan kalimat atau fakta bodoh yang perlu kita koreksi sebelum diluncurkan ke media.
Kata kunci dalam menulis opini :
· Bobot opini ada pada : aktualitas tema, kebaruan dan kelengkapan data, kebaruan ide atau gagasan, ketajaman analisa, logika yang runtut dan tentu saja pemakaian bahasa yang komunikatif.
· Untuk itu opini harus mempunyai kaitan dengan isu-isu aktual. Bagi penulis pemula, buatlah kerangka karangan. Kerangka ini akan menolong kita untuk semakin memfokuskan perbincangan kita. Dengan kerangka ini pula Anda tidak lagi mengulang-ulang apa yang telah Anda sampaikan di muka.
· Mulailah paragraf pertama dengan entry point yang berkaitan dengan fenomena yang sedang hangat dibicarakan.
· Kemudian lanjutkan dengan bahasan yang menjadi pokok permasalahan Paparkan data-data terbaru yang anda punyai. Data tidak harus kuantitatif.
· Buatlah analisalah dari data-data tersebut. Apabila Anda ingin mendasarkan pada teori, uraikan dengan logika yang sederhana. Kalau perlu bikinlah analogi-analogi yang membuat pembaca paham. Mengutip teori yang canggih tanpa disampaikan dengan bahasa yang sederhana, hanya akan membuat pembaca mengernyitkan dahi.
· Bangunlah argumen Anda yang berdasarkan pada data dan logika yang anda miliki.
· Bahasa yang sederhana biasanya disampaikan dalam kalimat-kalimat pendek. Membuat kalimat panjang yang beranak cucu, seringkali memperlebar gagasan pokok. Permasalahan yang tidak terfokus tersebut akan membuat analisa kita menjadi dangkal.
· Jagalah agar gagasan pokok yang ingin anda sampaikan tidak melebar. Caranya adalah apa yang Anda uraikan tetap berada dalam kerangka yang Anda buat sebelumnya.
· Kalau perlu buatlah kesimpulan dari apa yang telah Anda uraikan.
· Jangan paksakan membuat suatu solusi terhadap permasalahan permasalahan berat. Tapi ukuplah kiranya pembaca dibawa bertamasya ke alam pikiran Anda.
· Yakinlah, bahwa Anda tahu apa yang hendak Anda sampaikan. Cobalahberempati sebagai pembaca awam, kemudian baca kembali keseluruhan tulisan anda kalimat demi kalimat. Adakah kalimat yang kiranya membuat orang tidak paham
Untuk mahir dalam menulis butuh seribukali latihan, apa yang telah saya sampaikan tak akan ada gunanya jika anda tidak sering mencobanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar